Banyak orang Indonesia lebih memilih obat tradisional karena dipercaya memiliki efek samping yang lebih sedikit ketimbang obat kimia. Namun apa jadinya bila obat tradisional justru dicampur obat kimia dan diminum terus-menerus?
“Obat tradisional baik kalau benar-benar murni dan tidak dicampur dengan bahan kimia obat,” jelas Drs. T Bahdar Johan, Apt, M.Pharm, Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplementer BPOM, dalam acara Media Gathering di Kantor BPOM, Jakarta, Selasa (18/9/2012).
Berdasarkan data Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), sejak tahun 2001 hingga 2012ada 4 jenis obat tradisional yang paling sering dicampur dengan bahan kimia obat (BKO).
Pada tahun 2001-2007, obat tradisional yang paling sering dicampur bahan kimia adalah obatrematik dan penghilang rasa sakit. Menurut temuan BPOM, obat tradisional tersebut dicampur dengan bahan kimia obat berupa Fenilbutason, Metampiron, Parasetamol dan Asam Mefenamat.
Di tahun 2008-2011, obat tradisional yang paling sering dioplos adalah obat pelangsing dan obat penambah stamina (aprodisiak), yang dicampur dengan Sibutramin, Sildenafil dan Tadalafil.
Sedangkan di tahun 2012 hingga semester 1, yang paling sering dicampur bahan kimia adalah obat rematik dan penghilang rasa sakit, yang dicampur Fenilbutason, Piroksikam, Parasetamol dan Asam Mefenamat.
Apa efek sampingnya bila obat tradisional dicampur bahan kimia obat?
“Orang kan minum obat tradisional karena dianggap efeknya samping sedikit. Karena dianggap sedikit, akhirnya diminum terus-terusan. Kalau sudah dicampur bahan kimia, efeknya kan bisa lebih berbahaya,” pungkas Bahdar.
Berikut risiko dan efek samping penggunaan bahan kimia obat:
1. Sildenafil Sitrat
Sebagai obat disfungsi ereksi bila digunakan berlebihan dalam menyebabkan sakit kepala, muka merah, pusing, mual, nyeri perut, gangguan penglihatan, infark miokard (biasa dikenal serangan jantung), nyeri dada, jantung berdebar dan kematian.
2. Natrium Diklofenak
Sebagai obat anti rematik bila digunakan berlebihan dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada saluran cerna, mual, diare dan kadang perdarahan tukak, dispepsia, reaksi hipersensitifitas, sakit kepala, pusing, vertigo, gangguan pendengaran seperti tinnitus (telinga berdenging), fotosensitifitas dan hematuria (darah di urine), gangguan pada darah, nekrosis papilar atau fibrosis interstisial.
3. Fenilbutason
Sebagai obat anti rematik bila digunakan berlebihan dapat menyebabkan mual, muntah, ruam kulit, penimbunan cairan, perdarahan lambung, perforasi lambung, reaksi hipersensitifitas (Steven Johnsons Syndrome), hepatitis, gagal ginjal, leukopenia (jumlah sel darah putih rendah), anemia aplastik dan agranulositosis.
4. Parasetamol
Sebagai obat menghilangkan rasa sakit dapat menyebabkan kerusakan hati bila diminum dalam jangka panjang atau dalam dosis besar.
5. Piroksikam
Sebagai obat penghilang rasa sakit bila digunakan berlebihan dapat menyebabkan anoreksia, nyeri perut, konstipasi, diare, mual, muntah, tukak lambung, sindrom Steven Johnsons, sakit kepala, demam, penglihatan kabur dan hipertensi.
6. Sibutramin HCL
Sebagai obat pelangsing yang bila digunakan berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah,denyut jantung meningkat, sulit tidur, kejang, penglihatan kabur dan gangguan ginjal.
Bahdar menjelaskan, obat tradisional memiliki banyak manfaat dan minim efek samping bila kandungannya benar-benar murni. Namun bila sudah dicampur dengan bahan kimia, maka efek buruknya lebih banyak ketimbang manfaatnya.
Untuk itu, konsumen perlu jeli untuk melihat nomor registrasi BPOM pada bungkus obat tradisional karena kebanyakan obat tradisional oplosan tersebut tidak terdaftar di BPOM.
Selain tanpa nomor registrasi, konsumen juga perlu waspada bila mengonsumsi obat tradisional yang efek sembuhnya instan, karena besar kemungkinan obat tradisional tersebut sudah dicampur bahan kimia.
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar