Terlalu banyak mengonsumsi daging merah, mentega dan makanan lain
yang tinggi kandungan lemak jenuh dapat meningkatkan risiko Alzheimer.
Demikian hasil riset terbaru para ilmuwan di Harvard University, Amerika
Serikat.
Penelitian menemukan, wanita berusia
lebih tua yang banyak mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh cenderung
memiliki memori atau ingatan yang buruk ketimbang mereka yang sedikit
konsumsi lemak jenuh. Sebaliknya, mereka yang makan lebih banyak lemak
tak jenuh tunggal (monounsaturated fat/MUFA)- yang biasa ditemukan dalam
minyak zaitun, minyak bunga matahari, biji-bijian, kacang-kacangan dan
alpukat – memiliki memori yang lebih baik.
Dr. Oliva Okereke dari Brigham and Women
Hospital di Boston, yang berafiliasi dengan Harvard Medical School,
mengatakan, “ketika melihat perubahan fungsi kognitif, apa yang kami
temukan adalah bahwa jumlah total asupan lemak tidak terlalu penting,
melainkan jenis lemaknya.”
Kesimpulan tersebut, diambil Okereke dan
timnya setelah melihat hasil kajian terhadap 6.000 perempuan berusia di
atas 65 tahun, yang melakukan serangkaian tes mental selama empat tahun
dan menjawab kuisioner tentang pola makan dan gaya hidup mereka.
Okereke menambahkan, “mengganti asupan
lemak jahat dengan lemak baik adalah modifikasi diet yang cukup
sederhana yang bisa membantu mencegah penurunan memori.”
Memiliki memori yang buruk dapat menjadi
pertanda demensia (kepikunan) Alzheimer pada orang tua. Alzheimer
adalah penyakit degeneratif progresif otak yang menyebabkan gangguan
berpikir dan menurunkan daya ingat.
Riset yang dipublikasikan dalam jurnal
Annals of Neurology ini mempertegas penelitian sebelumnya yang
menunjukkan hubungan antara kolesterol tinggi dan risiko lebih tinggi
terkena Alzheimer, bentuk paling umum dari demensia.
Sejak
dulu konsumsi daging merah berlebihan diketahui dapat menimbulkan
penyakit serius. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa efeknya
bisa menjadi lebih parah, yaitu kematian. Pecinta daging merah,
berhati-hatilah!
Harvard School of Public Health telah
menemukan kaitan antara konsumsi rutin daging merah dengan kematian
prematur. Mereka mengumpulkan data dari 121,362 orang pria dan wanita
dengan masa studi 28 tahun. Setiap 4 tahun sekali, makanan mereka
dipantau melalui kuesioner.
Sebanyak 24,000 orang meninggal selama
masa penelitian. Di antaranya terdapat 9,364 kasus akibat kanker dan
5,910 kasus karena penyakit jantung. Mereka memperkirakan kematian
tersebut dapat dicegah dengan mengurangi setengah porsi daging per hari.
Langkah ini dapat menekan angka kematian hingga 7.6% pada wanita dan
9.3% persen pada pria.
Berdasarkan studi yang dimuat di
Archives of Internal Medicine ini, seporsi daging merah yang tidak
diproses dapat mempertinggi risiko kematian hingga 13%. Sementara itu,
daging olahan meningkatkan resiko sebesar 20%. Daging merah jenis apapun
menambah risiko kematian karena penyakit jantung sebanyak 16%, dan
karena kanker sebanyak 10%.
Menurut Daily Mail, seporsi daging
memiliki berat sekitar 85 gram atau sebesar tumpukan kartu. Secara
kasar, ukuran ini bisa disetarakan dengan dua potong bacon atau satu
buah sosis.
World Cancer Research Fund
merekomendasikan konsumsi daging merah maksimal 500 gram per minggu.
Selain itu, daging olahan harus sama sekali dihindari. Jenis daging ini
lebih berbahaya karena mengandung heme iron, lemak jenuh, sodium,
nitrit, dan karsinogen tertentu. Zat-zat ini dapat terbentuk selama
proses pemasakan.
Ada beberapa alternatif yang dapat
menggantikan daging merah. Resiko kematian yang dapat dikurangi oleh
sumber protein ini sebesar 7% untuk ikan, 14% untuk daging unggas, dan
10% untuk produk susu rendah lemak. Protein nabati juga dapat mengurangi
resiko tersebut, yakni sebanyak 20% untuk kacang-kacangan, 10% untuk
legume, serta 14% untuk biji-bijian utuh.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar