cbox



My.Google My.Facebook My.Twitter

Rabu, 24 Oktober 2012

Benarkah DHA dalam Susu Mencerdaskan Otak?



 Susu formula atau susu pertumbuhan saat ini dimodifikasi sedemikian rupa supaya makin mendekati ASI. Salah satu zat gizi yang banyak disuplementasi adalah asam arachidonic (AA) dan asam dokosaheksaenoat (DHA) yang diklaim akan meningkatkan kecerdasan bayi.

Banyak orangtua yang menganggap bahwa susu yang diperkaya dengan AA dan DHA sudah pasti akan membuat buah hati mereka lebih cerdas.

Menurut dr.Yoga Devaera, Sp.A dari divisi nutrisi dan penyakit metabolik, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI, sebenarnya para ahli belum menyimpulkan apakah penambahan zat-zat tersebut bisa meningkatkan kecerdasan.

Data-data penelitian juga belum konsisten menunjukkan manfaat jangka panjang suplementasi AA dan DHA.

"Pada kadar tertentu memang bisa menyebabkan perkembangan anak menjadi lebih baik. Tetapi belum jelas juga berapa yang sebenarnya dibutuhkan anak," katanya dalam acara media edukasi teknologi pengemasan susu cair yang diadakan Tetra Pak di Jakarta (24/10/12).

Yoga menjelaskan bahwa kecerdasan anak dipengaruhi oleh tiga hal, yakni potensi genetik, nutrisi, serta stimulasi yang diberikan orangtuanya.

"Yang pasti kandungan AA dan DHA dalam ASI sangat tinggi, sementara di susu sapi tidak ada. Karena itu kebanyakan susu untuk bayi disuplementasi zat tersebut supaya mirip ASI," paparnya.

Sementara itu, menurut Yoga, penelitian mengenai manfaat zat besi terhadap kecerdasan bayi sudah jauh lebih pasti. Asam folat dan zat besi sangat penting untuk ibu hamil. Kecukupan kedua zat ini tidak hanya mencegah kecacatan pada otak dan sumsum tulang belakang pada bayi namun juga bisa membuat bayi yang dilahirkan lebih cerdas. Demikian menurut penelitian terbaru yang dilakukan di Nepal.
Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of the American Medical Association itu menyebutkan suplemen zat besi dan asam folat yang dikonsumsi sebelum dan selama kehamilan membuat bayi yang dilahirkan memiliki kecerdasan dan kemampuan motorik lebih baik dibanding bayi yang ibunya tidak mengonsumsi suplemen prenatal.
Penelitian dilakukan secara double-blind dan random terhadap 676 anak yang diikuti riwayat kesehatannya hingga mereka berusia 7 dan 9 tahun. Anak dari kelompok ibu yang mendapat suplemen prenatal berupa asam folat dan zat besi menunjukkan kemampuan kognitif lebih tinggi. Mereka juga mendapat skor lebih tinggi pada kemampuan motorik serta  mengungkapkan alasan, jika dibandingkan dengan anak dari kelompok kontrol yang ibunya tidak mendapat suplementasi.
Laura Murray-Kolb, peneliti, mengungkapkan kecukupan zat besi selama kehamilan akan memengaruhi neurotransmitter di otak sehingga berpengaruh pada kecepatan proses informasi. Sedangkan asam folat akan mempercepat replikasi sel selama kehamilan dan menurunkan terjadinya neural tube defects atau kegagalan menutupnya tabung saraf dengan sempurna.
Anemia sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan menonjol terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Penyakit ini  ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dalam darah.
Hemoglobin merupakan pigmen protein yang memberi warna pada darah dan bertugas membawa oksigen ke paru-paru lalu didistribusikan ke seluruh jaringan dan organ tubuh untuk melakukan pembakaran yang menghasilkan energi.
Pada ibu hamil kekurangan folat menyebabkan meningkatnya risiko anemia sehingga ibu mudah lelah, letih, lesu, dan pucat. Kebutuhan asam folat untuk ibu hamil dan usia subur sebanyak 400 mikrogram per hari. Makanan yang kaya akan asam folat antara lain brokoli, jeruk, bayam, roti, dan susu.

sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar