Selama ini sebagian orang Indonesia mengonsumsi teh Jepang
(Ocha) hanya saat makan di restoran Jepang. Namun, ternyata teh ala
negeri sakura ini juga pas dikonsumsi saat perayaan hari raya seperti
Idul Fitri kali.Layaknya menikmati secangkir teh di
negeri sakura. Sebagai minuman yang popular dan erat kaitannya dengan
Budaya Jepang, Ocha dipetik dari daun tanaman teh (Camellia sinensis)
yang mengalami proses penguapan untuk mencegah terjadinya oksidasi.
Proses penguapan ini dapat mempertahankan warna hijau dari daun teh.
Selain itu, proses pengolahan dan penanaman yang bervariatif dari
tanaman teh ini dapat menghasilkan Ocha dengan varian yang beragam.
Ocha memiliki manfaat yang baik bagi tubuh karena melalui proses pembudayaan yang unik guna menghasilkan teh berkulitas. Ocha itu sendiri dibudidayakan dengan dua cara berbeda. Pertama, kawasan perkebunan teh seluruhnya ditutup dengan terpal. Penutupan dilakukan agar Ocha tidak terkena sinar matahari, sehingga kaya akan asam amino dan rasa teh tidak terlalu sepat namun gurih khas umami, rasa Jepang yang lezat.
Cara kedua adalah dengan membiarkan semua daerah perkebunan terkena sinar matahari langsung. Metode ini menghasilkan teh yang mengandung banyak catechin yang kaya kandungan antioksidan.
Dari perbedaan jenis pembudidayaan inilah yang kemudian melahirkan berbagai jenis Ocha. Untuk teh yang pembudidayaannya dengan cara ditutup terpal seluruhnya, ada tiga jenis Ocha yang bisa dihasilkan yaitu tencha (matcha), gyokuro dan kabuse-cha. Sementara untuk metode kedua, varian tehnya lebih banyak yaitu sencha, fukamushi-sencha, kamairi-sencha dan bancha.
Ada beragam cara yang dilakukan oleh masyarakat Jepang ketika mengonsumsi Ocha, salah satunya adalah dengan memberikan beberapa kelopak daun bunga sakura ataupun madu ke dalam minuman. Sedangkan jika sedang bersama kolega maupun teman, mereka lebih memilih untuk mengonsumsi Ocha, ditemani beberapa kue manis yang disesuaikan dengan musim bunga ketika itu (mereka menyebutnya dengan sweet). Seiring dengan semakin praktisnya gaya hidup, orang Jepang kini juga meletakkan Ocha dalam botol minum agar bisa dinikmati sambil beraktivitas sehari-hari.
Di Indonesia sendiri, Ocha pun cocok menjadi teman makanan khas lokal. Dengan cita rasa tawar dan agak sepat (bervariasi rasa sepatnya) namun guri dari Ocha akan pas menjadi 'teman' bersantap makanan yang banyak mengandung lemak seperti masakan khas Indonesia yakni lontong opor dan rendang.
Tak hanya itu, saat Hari Raya Idul Fitri tiba Ocha bisa disuguhkan pada tamu yang datang berkunjung sambil mencicipi beragam kue-kue kering seperti nastar pastel dan castengel keju yang jadi hidangan khas hari raya. Sehingga selain menambah suasana Lebaran lebih meriah tentunya juga memberikan manfaat kesehatan yang tidak sedikit.
Apalagi bagi keluarga yang baru saja melakukan perjalanan mudik berjam-jam hingga tiba di kampung halaman, tentunya sajian Ocha hangat bisa menjadi pelepas lelah sekaligus mengembalikan kesegaran tubuh.
Kedekatan antara satu sama lain akan timbul dalam momen minum Ocha tersebut. Undangan minum Ocha bersama, bagaikan sebuah isyarat bahwa Anda merupakan bagian penting dalam kehidupan seseorang.
Oleh karena itulah, Ocha yang diminum selagi hangat, maupun dingin, bisa juga dicampur madu, bisa menjadi suguhan unik dalam acara silaturahmi Lebaran pun bakal lebih berkesan dengan Ocha.
sumber
Ocha memiliki manfaat yang baik bagi tubuh karena melalui proses pembudayaan yang unik guna menghasilkan teh berkulitas. Ocha itu sendiri dibudidayakan dengan dua cara berbeda. Pertama, kawasan perkebunan teh seluruhnya ditutup dengan terpal. Penutupan dilakukan agar Ocha tidak terkena sinar matahari, sehingga kaya akan asam amino dan rasa teh tidak terlalu sepat namun gurih khas umami, rasa Jepang yang lezat.
Cara kedua adalah dengan membiarkan semua daerah perkebunan terkena sinar matahari langsung. Metode ini menghasilkan teh yang mengandung banyak catechin yang kaya kandungan antioksidan.
Dari perbedaan jenis pembudidayaan inilah yang kemudian melahirkan berbagai jenis Ocha. Untuk teh yang pembudidayaannya dengan cara ditutup terpal seluruhnya, ada tiga jenis Ocha yang bisa dihasilkan yaitu tencha (matcha), gyokuro dan kabuse-cha. Sementara untuk metode kedua, varian tehnya lebih banyak yaitu sencha, fukamushi-sencha, kamairi-sencha dan bancha.
Ada beragam cara yang dilakukan oleh masyarakat Jepang ketika mengonsumsi Ocha, salah satunya adalah dengan memberikan beberapa kelopak daun bunga sakura ataupun madu ke dalam minuman. Sedangkan jika sedang bersama kolega maupun teman, mereka lebih memilih untuk mengonsumsi Ocha, ditemani beberapa kue manis yang disesuaikan dengan musim bunga ketika itu (mereka menyebutnya dengan sweet). Seiring dengan semakin praktisnya gaya hidup, orang Jepang kini juga meletakkan Ocha dalam botol minum agar bisa dinikmati sambil beraktivitas sehari-hari.
Di Indonesia sendiri, Ocha pun cocok menjadi teman makanan khas lokal. Dengan cita rasa tawar dan agak sepat (bervariasi rasa sepatnya) namun guri dari Ocha akan pas menjadi 'teman' bersantap makanan yang banyak mengandung lemak seperti masakan khas Indonesia yakni lontong opor dan rendang.
Tak hanya itu, saat Hari Raya Idul Fitri tiba Ocha bisa disuguhkan pada tamu yang datang berkunjung sambil mencicipi beragam kue-kue kering seperti nastar pastel dan castengel keju yang jadi hidangan khas hari raya. Sehingga selain menambah suasana Lebaran lebih meriah tentunya juga memberikan manfaat kesehatan yang tidak sedikit.
Apalagi bagi keluarga yang baru saja melakukan perjalanan mudik berjam-jam hingga tiba di kampung halaman, tentunya sajian Ocha hangat bisa menjadi pelepas lelah sekaligus mengembalikan kesegaran tubuh.
Kedekatan antara satu sama lain akan timbul dalam momen minum Ocha tersebut. Undangan minum Ocha bersama, bagaikan sebuah isyarat bahwa Anda merupakan bagian penting dalam kehidupan seseorang.
Oleh karena itulah, Ocha yang diminum selagi hangat, maupun dingin, bisa juga dicampur madu, bisa menjadi suguhan unik dalam acara silaturahmi Lebaran pun bakal lebih berkesan dengan Ocha.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar