- Makanan tradisional memiliki keterbatasan pada daya tahan dalam
hitungan hari. Daya tahan ini kalah dengan makanan modern kemasan yang
mampu bertahan lebih lama. Namun, kini ada alternatif makanan
tradisional seperti gudeg yang mampu bertahan sampai satu tahun.
Gudeg
dari salah satu restoran terkenal di Yogyakarta ini dikemas dalam
kaleng khusus seberat 210 gram yang praktis di bawa ke mana pun. Gudeg
kaleng ini dikembangkan oleh peneliti Balai Pengembangan Proses dan
Teknologi Kimia LIPI Yogyakarta.
"Gudeg kaleng ini untuk mengurangi kerusakan makanan tradisional, supaya praktis, tampil dengan baik dan aman," kata Mukhamad Angwar, peneliti Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (BPPTK) LIPI Yogyakarta, di sela-sela Forum Komunikasi Iptekda LIPI di Kantor LIPI, Jakarta, Senin 16 Juli 2012.
"Gudeg kaleng ini untuk mengurangi kerusakan makanan tradisional, supaya praktis, tampil dengan baik dan aman," kata Mukhamad Angwar, peneliti Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (BPPTK) LIPI Yogyakarta, di sela-sela Forum Komunikasi Iptekda LIPI di Kantor LIPI, Jakarta, Senin 16 Juli 2012.
Angwar
berbagi resep bagaimana gudeg tersebut dapat awet sampai satu tahun. Ia
memaparkan kaleng yang sudah diisi gudeg dilakukan proses penghampaan
udara pada kaleng (exhausting) dalam sebuah alat steam dalam suhu 100 derajat dalam waktu 5 sampai 10 menit.
"Pada suhu 95 sampai 97 derajat, tutup kaleng langsung ditutup," ujarnya.
Penutupan tersebut membuat kontaminan dari luar tidak dapat masuk.
Setelah penghampaan udara, kemudian dilakukan proses sterilisasi dengan menggunakan alat autoclave. Tahapan ini dilakukan untuk membunuh semua mikroba.
"Proses ini dilakukan pada suhu 121 tekanan 2 atm (atmosfer), selama 20 menit, komposisi dalam kaleng menentukan suhu sterilisasi," ucap Angwar.
"Tidak mengurangi gizi, sifat fisik dan kimia isi makanan dipertahankan, tanpa bahan pengawet karena sudah sterilisasi," katanya.
Dengan metode inilah, makanan tradisional tersebut dapat bertahan dalam satu tahun tanpa mengurangi kualitas. Sebagai jaminan, gudeg kaleng ini sudah mendapat sertifikat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada 2010 lalu.
Angwar memilih gudeg dengan alasan makanan ini sudah terkenal di Yogyakarta dan Indonesia. Namun, pihaknya tidak hanya mengembangkan jenis pengalengan makanan ini saja. Saat ini juga sudah dikembangkan sayur lombok ijo kaleng dan tempe kari kaleng, yang sudah bersertifikat BPOM.
Pengemasan makanan kaleng ini dilakukan di BPPTK LIPI Yogyakarta dan mampu memproduksi seribu makanan kaleng. Gudeg kaleng sendiri seharga 20 ribu untuk dua porsi. Ia mengatakan harga ini karena secara kualitas setara dengan gudeg yang disajikan restoran elit.
Untuk penyajian, kaleng ini direbus tanpa dibuka kemasannya dalam waktu 5 menit, dan bisa segera dinikmati. Untuk tanda bahwa gudeg ini sudah mulai rusak yaitu kaleng akan menggelembung. "Masa simpan kaleng 4 tahun," katanya.
Produk pengalengan ini sudah beredar di pasaran, namun masih terbatas pada kalangan agen pemasaran. "Belum ke supermarket, kami sedang merintis ke sana," ujarnya.
Ke depan ia akan mengembangkan makanan tradisional lain seperti Rawon dan Gulai.
Penutupan tersebut membuat kontaminan dari luar tidak dapat masuk.
Setelah penghampaan udara, kemudian dilakukan proses sterilisasi dengan menggunakan alat autoclave. Tahapan ini dilakukan untuk membunuh semua mikroba.
"Proses ini dilakukan pada suhu 121 tekanan 2 atm (atmosfer), selama 20 menit, komposisi dalam kaleng menentukan suhu sterilisasi," ucap Angwar.
"Tidak mengurangi gizi, sifat fisik dan kimia isi makanan dipertahankan, tanpa bahan pengawet karena sudah sterilisasi," katanya.
Dengan metode inilah, makanan tradisional tersebut dapat bertahan dalam satu tahun tanpa mengurangi kualitas. Sebagai jaminan, gudeg kaleng ini sudah mendapat sertifikat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada 2010 lalu.
Angwar memilih gudeg dengan alasan makanan ini sudah terkenal di Yogyakarta dan Indonesia. Namun, pihaknya tidak hanya mengembangkan jenis pengalengan makanan ini saja. Saat ini juga sudah dikembangkan sayur lombok ijo kaleng dan tempe kari kaleng, yang sudah bersertifikat BPOM.
Pengemasan makanan kaleng ini dilakukan di BPPTK LIPI Yogyakarta dan mampu memproduksi seribu makanan kaleng. Gudeg kaleng sendiri seharga 20 ribu untuk dua porsi. Ia mengatakan harga ini karena secara kualitas setara dengan gudeg yang disajikan restoran elit.
Untuk penyajian, kaleng ini direbus tanpa dibuka kemasannya dalam waktu 5 menit, dan bisa segera dinikmati. Untuk tanda bahwa gudeg ini sudah mulai rusak yaitu kaleng akan menggelembung. "Masa simpan kaleng 4 tahun," katanya.
Produk pengalengan ini sudah beredar di pasaran, namun masih terbatas pada kalangan agen pemasaran. "Belum ke supermarket, kami sedang merintis ke sana," ujarnya.
Ke depan ia akan mengembangkan makanan tradisional lain seperti Rawon dan Gulai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar